Perang adalah sebuah aksi fisik dan non fisik
(dalam arti sempit, adalah kondisi permusuhan dengan menggunakan kekerasan)
antara dua atau lebih kelompok manusia. Dan dalam perang ini juga akan
menimbulkan pembunuhan.
Pembunuhan adalah suatu tindakan untuk
menghilangkan nyawa seseorang
dengan cara yang melanggar hukum, maupun
yang tidak melawan hukum. Pembunuhan biasanya dilatarbelakangi oleh
bermacam-macam motif,
misalnya kepentingan, politik, kecemburuan, dendam, membela
diri, dan sebagainya.
Peperangan, pertikaian dan pembunuhan yang sedang
berlangsung di Kwamki Narama, Timika-Papua ini adalah timbul tenggelam dari
tahun ke tahun. Perang suku
bukan sebuah jalan positif untuk selesaikan masalah. Malah dengan perang akan
melahirkan masalah dan soal baru.
Perang suku tidak dibenarkan dengan alasan adat dan
budaya Papua, Perang Suku adalah salah satu kerja dan program setan yang di
dukung oleh orang-orang yang terlibat dalam perang itu. Perang Suku juga adalah
salah satu program pemusnahan etnis dan suku.
Dalam perang suku ini juga orang akan baku bunuh
membunuh dan mencabut nyawa seseorang sementara hak untuk mencabut nyawa
manusia adalah Tuhan Allah sendiri. Dan Tuhan Allah juga tidak kasih mandat
kepada siapapun dalam dunia ini untuk mencabut nyawa seseorang.
Tidak dibenarkan stigma perang ini adalah adat dan budaya
orang gunung. Dengan bahasa
itu masyarakat baku bunuh, mengikuti hukum suku, seakan-akan suku-suku
yang biasa hidup dalam dunia perang ini hidup di negara sendiri yang nama
Negara Konfederasi Republik Indonesia yang berbentuk “Kesukuan dan adat
istiadat,” sementara negara ini Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berbentuk “Kesatuan dari berbagai suku” sebenarnya dalam bingkai negara
kesatuan harus tegakkan hukum positif bukan lagi hukum baku bunuh membunuh,
baku balas membalas. Aparat keamanan tidak biasa tegakkan aturan Negara tentang
Kriminal malah memupuk dan membiarkan kasus kriminal dan pelanggaran Hak Asasi
Manusia (HAM) ini terus berlanjut dalam masyarakat. Di mata mereka (Keamanan) baku
serang menyerang, baku bertikai, baku panah memanah, baku bunuh membunuh.
Aparat keamanan hanya nonton tidak menjadi wasit tetapi Sporter yang terbaik
dalam perang suku di Timika. Kalau suku-suku lain dari jawa, makasar bukan dari
orang Papua cepat mereka meredam situasi. Ada apa di balik ini! Itu artinya
orang lain tidak bisa mengatur kita, orang lain hanya ber-senang-senang dan
bersukaria dalam pertikaian ini, orang lain akan mencari keuntungan dalam
kesusahan kita.
Untuk itu warga
Masyarakat SADAR, SADAR, SADAR diri
dalam hal baku bunuh dan membunuh ini, SADAR diri bahwa mencabut nyawa
seseorang adalah hak-Nya, Tuhan bukan haknya manusia.
Sebagai warga Gereja SADAR diri! Memiliki kasih Allah,
Undang Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat anda, serahkan diri sepenuhnya
kepada Pimpinan Roh Kudus sehingga Roh Allah membuka mata rohani kita untuk
mengerti apa maksud Tuhan dalam Firman Tuhan.
Kita SADAR diri ikan Paus besar yang dilaut sana memakan
kita, Ikan Puri kecil yang dalam kolam, ikan puri kecil dalam kolam juga baku
makan ramai artinya orang pendatang baik lewat kepentingan Koloniasme dan
Kapitalisme mereka bunuh kita, kita juga baku bunuh dan membunuh ramai dalam
diri kita keluarga, bapa bunuh anak, anak bunuh mama, kakak bunuh adik, marga
bunuh satu marga, suku makan suku demi mensukseskan kepentingan Koloniasme dan
Kapitalime global, kepentingan orang-orang tertentu, kepentingan ekonomi,
politik, dan social hanya bagi mereka yang punya kepentingan.
Umat Tuhan juga sadar siapa yang bermain music baru
kita bernyanyi, siapa yang bermain bola Volly baru kita memberi tepuk
tangan, siapa yang pasang televisi baru kita nonton, Jangan kita ikut arus dalam
setingan orang-orang yang mengorbankan nyawa kita. Karena hidup
ini hanya satu kali. Tidak mungkin setelah kita di bunuh kita bertobat. Gunakan
kesempatan hidup ini dengan baik! Sadar dan bertobat dari pembunuhan ini.
Dalam perang saudara ini siapa yang rugi, siapa
yang menangis, siapa yang berduka, siapa yang beruntung setelah kita perang! Bukan orang lain,
kita yang menangis, kitalah yang berduka dan kitalah yang rugi.
Perang yang sedang berlangsung sampai hari ini di
Kwamki Narama, Timika-Papua memilih kerugian besar baik itu tempat-tempat
kediaman keluarga untuk dihinap oleh keluarga itu menjadi kebakaran dan di
rusak sebenarnya di bangun
dengan jeri payah mencari uang untuk membangun untuk di hidupi oleh keluarga
itu, anak sekolah menjadi tidak sekolah, orang yang mau ibadah tidak beribadah,
hidup dalam keadaan ketakutan dan trauma bahkan sampai puluhan nyawa
manusia menjadi korban sia-sia.
Dengan melihat semua situasi sosial yang
dihadapi Gereja Kemah Injil (KINGMI) di Tanah Papua se-Koordinator Puncak
Selatan dewasi ini, seperti wabah kematian yang disebabkan oleh berbagai
kekerasan, mulai dari kekerasan keluarga, kekerasan militer, miras, narkoba
sampai konflik antar marga dan suku (perang suku) sampai hari ini Koordinator
Puncak Selatan sedang mengalami musibah trauma yang hebat dengan situasi Perang
Saudara di Kwamki Narama yang menelan puluhan orang yang jatuh korban.
Untuk itulah Sekertariat
Keadilan dan Perdamaian Gereja Kemah Injil (KINGMI) Koordinator
Puncak Selatan MENYERUHKAN kepada :
1. Kepada tokoh-tokoh
perang di Kwamki Narama, dan sekitarnya bahwa segera menghentikan peperangan,
perselisihan, dan pembunuhan sia-sia yang sedang terjadi di Kwamki Narama dan
sekitarnya karena dalam perang ini tidak ada keuntungan hanya ada korban
manusia dan korban material yang meninggalkan luka batin dalam hidup kita.
2. Kepada
Pemerintah Daerah dalam hal ini Bupati Kabupaten Mimika, DPRD Kabupaten Mimika
segera mencari jalan untuk mencari solusi untuk mendamaikan kedua belah pihak
agar masalah perang saudara tidak
berkepanjangan. Pemerintah adalah bukan penguasa tetapi harus menerima hati
sebagai pelayan. Jangan duduk dikursi sejuk, mondar mandir dari kota ke kota
lain tanpa melihat dan memperhatikan rakyat yang sedang bertikai.
3. Kepada Aparat Keamanan yang sedang
menjadi penonton yang setia dalam pertandingan peperangan di Kwamki Narama,
segera ambil tindakan penegakkan hukum. Jangan jadi penonton sporter yang setia
dalam perang suku setelah nonton buat
laporan palsu bahwa kami sudah kawal perang dengan baik agar dapat di promosi jabatan.
Aparat Keamanan juga tidak biasa tegakkan hukum positif. Kita sadar diri dari
kelakuan ini dan harus
di tegakkan hukum positif.
4. Kepada seluruh
warga Gereja agar berdoa dan berpuasa melawan roh pertikaian, peperangan, dan
pembunuhan ini agar Tuhan sadarkan kita.
Demianlah Seruan kami dan perasaan yang menyinggungkan
anda dalam seruan ini kami memohon maaf
dan atas perhatian dan kerjasamanya disampaikan terima kasih. Tuhan
memberkati.
Timika, 14 Maret 2018
Sekertariat
Keadilan
dan Perdamaian
Koordinator Puncak Selatan
Gereja Kemah
Injil (Kingmi) Di Tanah Papua
Ttd
PDT. DESERIUS
ADII, S.TH.